Perlapisan Sedimen
Perwujudan sedimen yang tampak
sebagai suatu benda yang pipih dan berbentuk lempeng atau kanta, yang secara
litologi homogen (bersusunan sama). Stratum (=satuan sedimen) merupakan bagian
pengendapan yang terbentuk selama susunan fisika dan kimianya sama. Perlapisan
dapat sejajar maupun tidak sejajar. Contoh perlapisan dapat dilihat dalam
Gambar 37.
|
Perlapisan dapat terjadi
melalui proses perlapisan pilihan (graded bedding), yang menunjukkan
adanya perubahan besar butir pada lapisan-lapisan. Apabila sedimen lempungan
berinteraksi dengan udara, maka akan dapat terjadi rekah-kerut (lekang).
Sebab-sebab terjadinya
perlapisan:
1.
Perubahan-perubahan keadaan iklim
2.
Perubahan-perubahan dalam daya angkut air
3.
Perubahan-perubahan pada muka laut
4.
Pengaruh-pengaruh kimiawi
5.
Gerak naik di daerah-daerah yang mengalami erosi
6.
Perlapisan karena
jasad-jasad
Karakter Perlapisan Batuan
A. Kemiringan perlapisan batuan (dip)
- Dip sesungguhnya (true dip), adalah dip yang sesungguhnya dari suatu batuan.
- Dip semu (apparent dip), adalah dip hasil pengukuran lapangan .
|
Fungsi dip:
- Analisis struktur geologi
- Korelasi stratigrafi / asas stratigrafi
- Prediksi arah aliran bawah tanah
- Analisis kejadian gerak massa batruan
B. Tebal lapisan
- Ketebalan sesungguhnya (true thickness)
- Ketebalan vertikal (vertical thickness)
Adakalnya
tebal lapisan agak sulit ditentuka karena lapisan tersebut telah terlipat
(Gambar 39) Cara penentuan tebal lapisan secara sederhana dapat dilihat pada
Gambar 40.
|
|
Keselarasan
dan Ketidakselarasan Batuan
Ketidakselarasan batuan (unconformity)
merupakan indikasi adanya perubahan sementara atau permanen dari
kondisi-kondisi masa lampau. Perubahan-perubahan kondisi tersebut menunjukkan
adanya fase orogenik, transgressi atau regressi, perubahan fasies, perubahan
iklim, dan perubahan faunal sepanjang waktu. Ketidakselarasan dapat digunakan
untuk menentukan batas-batas sistem stratigrafi atau sistem subdivisi.
Ketidakselarasan memiliki tiga aspek penting
yang perlu diketahui. Ketiga aspek penting tersebut adalah sebagai berikut.
1. Aspek waktu
Ketidakselarasan berkembang
selama periode tertentu saat tidak ada sedimen yang terendapkan waktu itu.
Dengan kata lain, ketidakselarasan mencerminkan waktu yang tidak tercatat.
2. Aspek pengendapan/deposisi
Pada ketidakselarasan terdapat
interaksi proses pengendapan, yang meliputi wilayah luas maupun sempit. Jumlah
material yang diendapkan didominasi oleh yang berada pada tingkat rendah.
3. Aspek struktur
Ketidakselarasan dapat terjadi dalam bentuk
struktur planar yang memisahkan lapisan tua dan muda. Bidang ketidakselarasan
dapat berupa bidang yang lapuk, erosi/denudasi (suatu permukaan yang
non-deposisional). Struktur ketidakselarasan dapat sejajar dengan lapisan
teratas dapat pula tidak teratur (irregular). Apabila terjadi gerakan
bumi yang lebih lanjut dapat menghasilkan lipatan atau patahan.
Tipe-tipe ketidakselarasan
1. Angular unconformity
Lapisan terbawah adalah lapisan
yang tua, memiliki dip yang berbeda terhadap lapisan di atasnya. Tipe ini
mencakup hal-hal yang tidak terkait dengan adanya proses pelipatan.
2. Paralel unconformity
Lapisan terbawah dan lapisan
teratas memiliki dip yang hampir sama dan arahnya sama.
3. Non-depositional unconformity
Tipe ini merupakan tipe yang
sulit ditemui atau sedikit ditemukan di lapangan. Periode pembentukan tipe ini
relatif pendek, bersifat lokal, dan tidak terjadi proses deposisi dalam satu
waktu. Pada tipe ini juga tidak ditemui adanya gejala-gejala endogen
4. Heterolithic unconformity
Tipe ini terbentuk apabila sedimen menumpang di
atas batuan beku intrusi atau menumpang di atas batuan metamorf.
Sketsa tipe-tipe ketidakselarasan dapat dilihat pada
Gambar 41.
|
Peta Geologi
Peta geologi memberikan petunjuk tentang
susunan lapisan batuan dan pada umumnya memberikan informasi tentang formasi
apa saja yang ada di daerah yang dipetakan. Dasar untuk peta geologi biasanya
adalah peta topografi.
Jenis-jenis peta geologi dan peta-peta yang
berkaitan dengan peta geologi adalah sebagai berikut.
- Peta geologi permukaan (surface geological map), yaitu peta yang memberikan berbagai formasi geologi yang langsung terletak di bawah permukaan. Skala peta ini bervariasi antara 1 : 50.000 dan lebih besar, berguna untuk menentukan lokasi bahan bangunan, drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang, maupun pembuatan jalan.
- Peta singkapan (outcrop map), yaitu peta yang umumnya berskala besar, mencantumkan lokasi ditemukannya batuan padat, yang dapat memberikan sejumlah keterangan dari pemboran beserta sifat batuan dan kondisi strukturalnya. Peta ini digunakan untuk menentukan lokasi, misalnya material yang berupa pecahan batu, dapat ditemukan langsung di bawah permukaan.
- Peta ikhtisar geologis, yaitu peta yang memberikan informasi langsung berupa formasi-formasi yang telah tersingkap, mapun ekstrapolasi terhadap beberapa lokasi yang formasinya masih tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang agak skematis, umumnya berskala sedang atau kecil, dengan skala 1 : 100.000 atau lebih kecil.
- Peta struktur, yaitu peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada di bawah permukaan. Peta ini memiliki skala sedang hingga besar.
- Peta isopach, yaitu peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-titik suatu formasi atau lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta ini tidak ditemukan konfigurasi struktural. Peta ini berskala sedang hingga besar.
- Peta fotogeologi, yaitu peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara. Peta fotogeologi harus selalu disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
- Peta hidrogeologi, yaitu peta yang menunjukkan kondisi airtanah pada daerah yang dipetakan. Pada peta ini umumnya ditunjukkan formasi yang permeabel dan impermeabel.
Contoh peta
geologi dan beberapa simbol yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 42.,
Gambar 43., dan Gambar 44.
|
|
|
No comments:
Post a Comment